Translate Here / Terjemahkan

Showing posts with label SCIENCE. Show all posts
Showing posts with label SCIENCE. Show all posts

Saturday, April 19, 2008

Jangan Buang Minyak Jelantah

Jakarta , Punya minyak goreng bekas pakai alias jelantah? Jangan dibuang! Serahkan saja ke mahasiswa Universitas Andalas di Padang. Mereka mampu mendaur ulang minyak jelantah itu sehingga kembali layak pakai.

Bagi yang ulet dan gigih, kesulitan memang kerap justru bisa 'disulap' jadi peluang dan harapan. Itu pula yang ditunjukkan mahasiswa Universitas Andalas (Unand) di Padang, Sumetara Barat.

Buah keuletan dan kegigihan mahasiswa Unand dalam menyiasati kondisi sulit saat ini berupa teknologi daur ulang minyak jelantah menjadi minyak yang layak dipakai kembali. Jelas, teknologi ini adalah alternatif solusi bagi kaum ibu menyusul melonjaknya harga minyak goreng.

Adalah Aster Rahayu, mahasiswi semester delapan Unand, dibantu Lis yang bekerja keras meneliti untuk kemudian menemukan teknologi pengolahan minyak goreng bekas pakai alias jelantah itu di Padang, Jumat (21/3). Hasilnya, minyak jelantah bisa dipakai kembali dalam keadaan bersih tanpa kotoran dengan menggunakan ampas tebu sebagai bahan penyerap.

"Bahan penyerap tebu yang sudah dijadikan partikel bisa langsung digunakan dengan mudah oleh ibu-ibu rumah tangga untuk memproses minyak jelantah menjadi minyak layak pakai," kata Aster.

Dalam penelitiannya, perendaman ampas tebu dengan minyak jelantah menjadikan minyak lebih bersih. Warna hitam atau cokelat minyak jelantah akan berkurang drastis karena kotoran itu diserap oleh ampas tebu.

Terkait minyak jelantah ini, di Bogor, Jawa Barat, juga telah dilakukan sebuah pengujian. Jika di Padang didaur ulang sehingga bisa dipakai kembali, di Bogor dipakai sebagai bahan bakar biodiesel untuk bus Trans Pakuan.

Minyak jelantah yang dijadikan biodiesel di Bogor adalah minyak jelantah yang telah diolah dan dicampur solar biasa dengan perbandingan 1:5 (10 liter minyak jelantah dicampur 50 liter solar).

Temuan ini jelas menggembirakan mengingat bakal ada energi alternatif lain yang bisa digunakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Apalagi sumber minyak jelantah cukup besar mengingat banyak pelaku usaha Usaha Kecil Menengah (UKM) yang biasanya membuang sisa minyak jelantah.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mengembangkan berbagai bahan baku nabati, termasuk penggunaan minyak jelantah sejak 2001 untuk bahan biodiesel.

Bahkan, pernah menjalani tes jalanan menempuh rute Jawa-Sumatera pada 2002 serta Jakarta-Bali pulang pergi pada 2004. Kini, teknologi itu diaplikasikan pada puluhan bus antar jemput pegawai BPPT.

Berdasarkan uji laboratorium, campuran efektif biodiesel 5-30% per liter solar selain berkarakter pelumas sehingga aman untuk mesin, sistem pembakaran pun menjadi lebih sempurna. Untuk mengurangi polusi secara signifikan, penggunaan biodiesel bisa dicampur solar dengan rasio 5-10%.

"Biodiesel dari jelantah tidak mengandung belerang (sulfur) dan benzene yang bersifat karsinogen, serta dapat diuraikan secara alami," kata Bobby Hartono, CEO Biotech Indonesia, salah satu perusahaan pengolah minyak jelantah menjadi biodiesel di Situbondo Jawa Timur, kepada INILAH.COM, belum lama ini.

Pemanfaatan minyak jelantah masih bertarung dengan pedagang kaki lima yang digunakan untuk menggoreng makanan dagangannya atau dibuang sia-sia di saluran pembuangan.

Sebenarnya minyak jelantah banyak mengandung karsinogenik (mengurangi kecerdasan) setelah melalui proses penggorengan berulang kali sehingga tak layak dipakai untuk keperluan konsumsi dan lebih tepat digunakan sebagai bahan bakar alternatif.

Nah, mengingat Jakarta adalah konsumen BBM paling rakus di Tanah Air dan pasokan minyak jelantahnya juga sangat besar, alangkah eloknya jika wilayah pimpinan Gubernur Fauzi 'Foke' Bowo bisa menjadi pelopor penggunaan energi alternatif ini. [I3]

INILAH.COM

Read More../ baca selanjutnya ...

Friday, April 18, 2008

FINDS MERCURY IN BIRDS

Study finds mercury in birds near polluted rivers

WASHINGTON (AP) -- Mercury contamination in rivers can spread to nearby birds, even ones that don't eat fish or other food from the water.

Researchers from the College of William and Mary in Williamsburg, Va., found high levels of mercury in the blood of land-feeding songbirds living near the South River, a tributary of the Shenandoah, they report in Friday's edition of the journal Science.

The South River was contaminated with industrial mercury sulfate from 1930 to 1950 and it remains under a fish consumption advisory.

But the researchers led by Dan Cristol, an associate professor of biology, studied birds that only eat insects that live on land.

Spiders made up the largest part of the birds' diet, along with moths and grasshoppers, the researchers said.

It turned out the spiders were the source of the mercury.

"The birds eat a lot of spiders. Spiders are like little tiny wolves, basically, and they'll bioaccumulate lots of contaminants in the environment. The spiders have a lot of mercury in them and are delivering the mercury to these songbirds," Cristol said in a statement.

The next question to be answered: How are the spiders getting the mercury?

The researchers speculated it could be from eating aquatic insects, or the chemical could have been deposited on land during flooding.

The research was funded by E. I. DuPont de Nemours and Company, the College of William and Mary and the U.S. National Science Foundation.

http://www.sciencemag.org Read More../ baca selanjutnya ...